Padang--Tokoh masyarakat Lubuk Kilangan, Verry Mulyadi mendesak agar produk Semen Padang kembali diprioritaskan untuk diproduksi lagi di pabrik Indarung.
Pasalnya, saat ini di Pabrik Indarung yang masih aktif, kini mengisi atau mempacking atau melakukan pengepakan semen Dynamix. Semennya adalah Semen Padang namun kantongnya dipakai merek Semen Dynamix.
Verry dengan tegas menyebut, jika ini dibiarkan berlarut-larut, maka akan menganggu pemasaran produk Semen Padang itu sendiri.
"Jangan ganggu pasar Semen Padang. Ini kebanggaan Ranah Minang. Biarkan PT Semen Padang itu memasarkan produk semen dengan cara mereka sendiri. Beri keleluasaan, jangan malah produk Semen Padang yang sudah mendunia ini seakan dibunuh oleh induk perusahaan sendiri, " tutur Verry yang juga Ketua Satuan Tugas Penanganan Perjanjian Kompensasi Batu Kapur, Mineral Lainnya dan Kesepakatan Pemberdayaan Perusahan Anak Nagari serta Sumber Daya Masyarakat Lingkungan Setempat (Satgas P2KBML & KPPSML) di Lubuk Kilangan ini.
Menurutnya Semen Indonesia sudah tidak fair lagi dalam teknik pemasaran dan terkesan ingin membunuh produksi Semen Padang itu sendiri. Karena sejak menjadi unit produksi, Semen Padang berada penuh dibawah kendali Semen Indonesia. Bahkan semuanya ditentukan oleh pusat.
"Maka itu kita juga mendesak lakukan Spin Off (kegiatan pemisahan perusahaan, red) dengan Semen Indonesia, " tegas pria yang juga Ketua DPC Gerindra Kota Padang ini.
Menurut Verry spin off adalah langkah yang jitu untuk menyelamatkan Semen Padang, termasuk menyelamatkan aset-asetnya yang terkesan sudah mati suri.
"Jadi spin off itu sudah harga mati untuk menyelamatkan Semen Padang, "tegasnya pria yang juga dikenal sebagai tokoh sepak bola nasional ini.
Kalau Dynamix atau semen lainnya tetap menganggu pasar Semen Padang di wilayah sendiri, maka pasar Semen Padang itu sendiri akan hancur. Imbasnya pabrik akan tutup, PT Semen Padang dengan sejumlah pabrik tidak lagi berproduksi.
Lalu apa lagi yang akan terjadi? Verry menyebut bisa saja PT. Semen Padang hanya akan dijadikan perusahaan penyedia bahan baku. Tentu ini bukan keuntungan, namun rugi besar yang didapatkan termasuk untuk Sumbar sendiri.
"Maka sebagai Ketua Satgas P2KBML & KPPSML, saya tidak setuju Nagari Lubuk Kilangan hanya dijadikan sebagai penyedia bahan baku untuk semen lain. Bahkan saya tidak rela jika hasil bumi di sini diekspor, sementara keuntungannya tidak didapat Nagari dan Sumatera Barat sendiri, " pungkas Ketua MPW Pemuda Pancasila Sumbar ini.
"Melihat kondisi yang sekarang, terkesan ke depannya kita dipaksakan untuk menjual bahan baku atau klinker. Sementara untuk produksi dibatasi, " tambahnya.
Menurut Verry mutu dan kualitas Semen Padang itu sendiri sudah jelas dan diakui dunia. Tidak wajar rasanya Semen Padang dianaktirikan dalam berproduksi.
"Jangan sampai produksi dikurangi terus, kemudian pabrik ditutup, ini sangat tidak bagus, "pungkas Verry yang juga memimpin Pengda IOF Sumbar.
Seperti disampaikan oleh Anggota Komisi VI DPR RI Andre Rosiade dalam RDP di Jakarta baru-baru ini, utilitas pabrik Semen Indonesia Grup hanya 40%. Terbukti, dari 5 pabrik Semen Padang, tiga sudah non aktif dan dua yang masih aktif. Semen Gresik juga demikian, dari empat pabrik, dua sudah non aktif. Begitupun dengan Semen Tonasa, dari empat pabrik, dua sudah non aktif. Berbeda sebaliknya dengan PT Solusi Bangun Indonesia (SBI) yang utilitas pabriknya mencapai 100 ?n tidak ada penutupan pabrik.
Strategi pemasaran Manajemen Semen Indonesia ini membuat tokoh masyarakat Lubuk Kilangan Kota Padang Verry Mulyadi menjadi meradang. Pasalnya hal ini bisa mengancam keberlangsungan hidup PT Semen Padang itu sendiri. Jika terus dibiarkan, PT Semen Padang bisa menjadi mati total dan menjadi museum saja lagi.
Sebagai masyarakat Sumbar pada umumnya dan masyarakat Lubuk Kilangan khususnya, dirinya tidak ingin PT Semen Padang mati total di kemudian hari. (**)